Sutradara: Darcy MacIsaac, Christopher Miller

Produser : Pam Marsden

Pemain: Bill Hader, Anna Faris, Neil Patrick Harris, James Caan, Bruce Campbell

Rilis: 18 September 2009 (USA)

---

Bumi sedang dalam bahaya. Makanan jadi musuh besar yang mengancam. Apa jadinya kalau sampai terjadi hujan makanan di bumi? Apakah menggembirakan karena masalah kelaparan bisa diatasi secara instan atau malah menjadi masalah baru?

Cerita dalam film Cloudy with a Chance of Meatballs itu berawal dari krisis ekonomi yang dialami sebuah pulau kecil tempat tinggal Flint Lockwood (Bill Hader), yaitu Swallow Falls. Pulau kecil di tengah Samudera Atlantik itu terancam masalah kemiskinan dan kelaparan akibat sumber pendapatan negara berupa ikan sarden semakin menipis.

Untuk mengatasi hal itu, Flint yang sudah tak asing dengan berbagai penemuan aneh karena ayahnya juga seorang penemu menciptakan sebuah mesin yang bisa mengubah air menjadi makanan. Mesin tersebut diberi nama FLDSMDFR (Flint Lockwood Diatonic Super Mutating Dynamic Food Replicator).

Masalah utama, tampaknya, sudah diatasi. Namun, Flint menemukan masalah lain. Dia gagal mengoperasikan mesin itu karena daya listrik tidak memadai. Dalam sebuah acara pembukaan sebuah taman, Flint sekali lagi mencoba mengoperasikan mesin temuannya dengan menggunakan sumber listrik terdekat.

Tak disangka, dalam uji coba tersebut, tiba-tiba mesin FLDSMDFR malah meledak, menghancurkan sebagian dari taman, lalu terbang ke angkasa. Tak lama kemudian, langit dipenuhi awan-awan besar keunguan yang menghujani kota dengan cheeseburger.

Menyadari apa yang telah terjadi, Flint kemudian menciptakan sebuah alat komunikasi yang bisa membuat penduduk bumi memesan makanan apa pun yang mereka suka ke angkasa. Gubernur Swallow Falls, Shelbourne (Bruce Campbell), memanfaatkan momen itu untuk mengundang para wisatawan sekaligus mengubah nama Swallow Falls menjadi Chewandswallow.

Di balik perkembangan yang menggembirakan itu, Flint menemukan fakta bahwa semakin lama makanan yang dihasilkan oleh mesin tersebut jadi semakin besar. Hal itu tentu membahayakan penduduk bumi jika suatu saat terjadi lagi hujan makanan dari langit. Flint berniat menonaktifkan mesin tersebut, namun dicegah oleh Gubernur Shelbourne.

Sebelum para turis datang, sebuah angin puting beliung dari spaghetti menghancurkan kota. Flint berjuang mati-matian untuk mematikan mesin ciptaannya, namun kalah cepat oleh Gubernur Shelbourne yang lebih dahulu menghancurkan alat komunikasi dengan mesin tersebut. Apakah akhirnya Flint bisa menyelamatkan kota dan mencegah mesin temuannya menciptakan lebih banyak bencana?

Film animasi produksi Sony Pictures Animation itu merupakan adaptasi dari sebuah buku cerita anak-anak berjudul sama karangan Judi Barrett dan Ron Barrett. Cloudy With a Chance of Meatball dirilis dalam bentuk tiga dimensi pada 18 September lalu di Amerika.

Dalam pemutaran perdananya, film tersebut sukses menduduki posisi jawara box office dengan keuntungan USD 8,137,358 atau sekitar Rp 76 miliar. Belum berhenti sampai di situ, film berdurasi 81 menit itu sukses mempertahankan gelar tersebut hingga satu minggu dengan total perolehan USD 30,304,648 atau sekitar Rp 286 miliar. Itu membuat Cloudy With a Chance of Meatball memegang gelar sebagai film dengan perolehan keuntungan ketiga terbesar dalam minggu pembukaan perdananya pada September.

Sang sutradara, Darcy MacIsaac dan Christopher Miller, mempunyai alasan tersendiri mengadaptasi cerita itu dalam bentuk film animasi. "Kami sudah menduga bahwa cerita ini dapat menjadi sebuah film action yang bagus. Seluruh kejadian dalam film memang konyol, namun karakter-karakter di dalamnya akan punya peran sangat serius. Jangan salah! Jika ada tornado spaghetti terjadi di kota Anda, pastinya Anda tidak akan menyepelekannya. Sama seperti yang terjadi di Chewandswallow," ujar MacIsaac. (kiy)